PECINTA ILMU
wala taqfu maa laisya laka bihi ilmun
Rabu, 29 September 2010
Sabtu, 28 Agustus 2010
Penerapan nilai nilai Pancasila dalam PAI
PENERAPAN PRINSIP PRINSIP PANCASILA
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Dalam makalahnya, Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, prof. Ahmad Tafsir mengatakan bahwa setiap Negara memiliki filsapat Negara. Negara Indonesia pun memilikinya, yaitu filsapat Pancasila. Filsapat tersebut disepakati sebagai sumber nilai atau rujukan satu satunya dalam mengopersikan Negara.
Selanjutnya beliau mengatakan :
Nilai-nilai dalam filsafat negara itu masih sangat umum dan abstrak. Nila inilai
itu harus dioperasionalkan. Nilai dalam filsafat negara itu dioperasionalkan
dalam konstitusi atau disebut juga undang-undang dasar (UUD). UUD itu pun
masih umum sifatnya, maka UUD itu masih harus dioperasionalkan. UUD
dioperasionalkan dalam undang-undang (UU). Kadang-kadang UU itu masih
juga harus dioperasionalkan. UU dioperasionalkan ke dalam peraturan
pemerintah (PP). Nah, PP masih perlu dioperasionalkan ke dalam surat
keputusan menteri (SKM). Kadang-kadang SKM masih perlu dioperasionalkan
dalam petunjuk teknis (JUKNIS).
Seperti kita ketahui bersama rumusan pancasila dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 pada alinea ke IV disebutkan : Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
Melihat pendapat Ahmad tafsir dan juga rumusan pancasila terkait penerapan prinsip prinsip pancasila dalam Penidikan agama Islam, paling tidak kita bisa menyimpulkan sementara : PAI sebagai sebuah sub system Pendidikan yang ada di Indonesia seharusnya mengacu kepada filosopi dan rumusan pancasila sebagai mana di gariskan di atas. Semua turunan kebijakan mengenai Pendidikan, entah itu Juknis ,Permen, PP, undang undang seharusnya mengacu kepada Pancasila.
Sehingga ,ketika pelaksanaan kegiatan Pendidikan Agama Islam yang tidak mengacu dan berorientasi kepada substansi seperti di gariskan pancasila, maka itu berarti pengingkaran dan penghianatan kepada Pancasila sebagai dasar filosopi Negara.
Maka sinkronisasi operasional Pendidikan Agama Islam dimulai dari instrument yang paling bawah (kurikulum misalnya) maupun yang di atasnya seperti Surat keputusan menteri, Peraturan Pemerintah maupun Undang undang sisdiknas harus di jiwai oleh Pancasila sebagai dasar filosopi Negara.
Mari kita perhatikan rumusan pancasila supaya kita bisa melihat dengan jelas jiwa dan ruh dari pancasila sehingga nanti kita bias hal apa saja yang harus jadi prioritas uatam dalam melaksanakan kegiatan Pendidikan Agama Islam : Dalam rumusan pancasila diatas bias kita lihat rumusan pertama pancasila adalah ;Ketuhanan Yang Maha Esa kemudian di ikuti oleh rumusan rumusan yang lain yang satu sama lain saling berkaitan sebagai mana di jelaskan dalam pedoman penghayatan pengamalan pancasila. Maka Ketuhanan Yang Maha Esa adalah merupakan core /inti/substansi dan jiwa dari pancasila tersebut/. Perhatikan gambar yang di paparkan oleh Ahmad Tafsir berikut :
Ini Bukan Pancasila
Inilah Pancasila
Sebagai perbandingan ; Dalam buku integrasi ummat islam, Shaluhudin sanusi merumuskan Konsep Islam dalam pembangunan jamaah islamiyah dengan konsep atau rumus sebagai berikut :
1. Tauhidullah (Al bayyinah : 5)
2. Ukhuwah Islamiyah (Alhujurot 10)
3. Musyawarah (Assyuro 38)
4. Al musawah (at-thariq 5-7)
5. Taawun (al-maidah 88)
6. Tasamuh (al baqoroh 149)
Tauhidullah adalah juga core /inti/substansi dan jiwa dari pembangunan jamaah al islamiyah.
Ada kesamaan core atau inti antara pancasila sebagai dasar Negara dengan rumusan pembangunan jamaah islamiyah seperti di sampaikan oleh Shalhudin sanusi. Maka ,dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ;Ketuhanan Yang Maha Esa dan atau Tauhidullah haruslah menjadi orientasi akhir dari proses pengajaran PAI.
Dalam analisa Ahmad Tafsir, Undang undang No 20 tahun 2003 belumlah mencerminkan keimanan dan ketakwaan sebagai merupakan core atau inti dari tujuan pendidikan nasional . dalam UU tersebut di sebutkan : bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Seharusnya bunyi dari undang undang tersebut menurut Ahmad Tafsir adalah : bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Yang berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ahmad tafsir memandang keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa masih belum menjadi poros atau wajah dan wijhah dari pendidikan Nasional kita; belum lagi dalam tataran operasional masih belum terciptanya keterpaduan tujuan , materi dan proses dalam PBM di sekolah
Dari uraian diatas dapatlah kita mengatakan : bahwa segala perubahan,improvisasi dan juga inovasi kurikulum haruslah berpijak pada kepada substansi yang sama ,yaitu tujuan pendidikan supaya peserta didik bias memiliki keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apakah nama kurikulum itu bernama KBK, KTSP maupun yang lainnya.
Penerapan Prinsip prinsip Pancasila dalam Pendidikan Agama Islam
Paling tidak Pancasila mengarahkan dan mengajarkan kepada kita :
1. Keimanan kepada Allah SWT
2. Kemanusiaan
3. Persatuan
4. Musyawarah dan demokrasi
5. Keadilan social
Disisi lain, Pendidikan Agama Islam mengandung pengertian dan tujuan sebagai berikut:PAI adalah usaha sadar yang di lakukan untuk menyiapkan peserta didik memahami ajaran Islam (Knowing), terampil melaksanakan ajaran islam (doing),dan bias melakukan ajaran islam dalam kehidupan sehari hari (being).tujuan PAI adalah peningkatan pemahaman,keterampilan melakukan dan pengamalan ajaran islam dalam kehidupan sehari hari (Ahmad Tafsir )
Ada keterkaitan substansi antara rumusan pancasila dengan pengertian dan juga tujuan dari Pendidikan Agama Islam. Hal tersebut menjadi penting dalam rangka pelaksanaan pendidikan agama islam di sekolah dikarenakan PAI secara filosopis sangat bersesuaian dengan pancasila sebagai dasar Negara. Dalam pedoman penghayatan pengamalan pancasila disebutkan bahwa, sila sila yang ada di pancasila satu sama lain merupakan kesatuan yang saling terkait satu sama lainnya.contohnya sila kesatu menjiwai sila sila lainnya. Sehingga masyarakat Indonesia ,diharapkan menjadi seorang manusia yang beriman kepada Tuhan yang Maha Esa serta mempunyai sikap dan sipat berprikemanusiaan, adil, demokratis dan mampu menjaga persatuan dan kesatuan. Pun demikian apabila kita melihat pengertian dan tujuan dari PAI sangat di jiwai oleh rumusan rumusan pancasila.
Yang menjadi persoalan adalah di tingkat impelemntasi . Selain apa yang di sampaikan oleh Ahmad Tafsir yang mengatakan bahwa keimanan dan ketakwaan belum menjadi core pada tujuan pendidikan nasional kita , pada pelaksanaan di tingkat lapangan pun , Pendidikan Agama Islam belum bias di laksanankan secara oftimal , baik itu pada tingkat kurikulum, alokasi jam pelajaran hingga pada Proses Belajar Mengajar (PBM)
Jika kita perhatikan diagram di bawah ini,maka kita akan bias melihat missing link Pendidikan Agama Islam.
FILSAFAT NEGARA
KONSTITUSI (UUD)
UNDANG UNDANG (UU)
PERATURAN PEMERINTAH (PP)
SURAT KEPUTUSAN MENTERI (SKM)
PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)
PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM)
Atau kita perhatikan chart berikut ini
FILSAFAT NEGARA ____________ Ketuhanan Yang Maha Esa
KONSTITUSI (UUD) ____________ Ketuhanan Yang Maha Esa
UNDANG UNDANG (UU) ____________ Ketuhanan Yang Maha Esa
PERATURAN PEMERINTAH (PP) ____________ Ketuhanan Yang Maha Esa
SURAT KEPUTUSAN MENTERI (SKM) __________ Ketuhanan Yang Maha Esa
PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) ____________ Ketuhanan Yang Maha Esa
PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM) __________ Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada proses belajar mengajar para guru sering melupakan karakter dari pendidikan agama Islam .Ahamad tafsir mengatakan ,bahwa karakteristik dari PAI adalah terletak pada Being-nya sedangkan komponen Knowing dan Doing-nya mempunyai porsi lebih sedikit dari being-nya. Ahmad Tafsir menginginkan ada proses internalisasi Pendidikan Agama Islam agar PAI menjadi lebih bermakna dan Fungsional. Hal tersebut didasarkan pada fakta begitu banyak siswa yang memahami dan terampil melakukan ajaran Islam tapi belum bias mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari.
Kemudian Ahmad Tafsir menyodorkan konsep internalisasi dengan :
1. Peneladanan
2. Pembiasaan
3. Memperbanyak ritual ritual keagamaan
4. Berbagai bentuk perlombaan
Fropesionalitas guru pada Pendidikan Agama Islam mungkin agak berbeda dengan guru pada bidang yang lainnya.selain mensyaratkan pada aspek aspek kognitif ,penguasaan materi ,keberhasilan PAI akan sangat di tentukan sejauh mana seorang guru bias menjadi Uswah untuk murid muridnya.Dalam alqur’an sering disebutkan ;kita harus selalu menconto Nabi.karena dalam konteks seorang guru, Nabi Muhamad telah berhasil menjadi seorang guru yang sukses .beliau lebih banyak menitik beratkan kepada bagaimana setiap yang diajarkan oleh beliau, bias di praktekan secara sempurna dalam kehidupan sehari hari.
Tetapi juga , penting juga untuk di perhatikan ;keberhasilan Pendidikan Agama Islam tidak serta merta ditentukan oleh seorang guru.seluruh orang yang kontak dengan siswa juga menentukan keberhasilan Pendidikan Agama Islam. Kepala Sekolah, Orang Tua, karyawan dan yang lainnya seharusnya juga ikut menentukan keberhasilan Pendidikan Agama Islam. Contoh ketika pengajara tentang sholat .pada aspek knowing dan doing dari sholat tersebut, mungkin tidak akan banyak hambatan untuk mencapainya. Tetapi untuk sampai pada Being, Maka jika ada kerja sama seluruh civitas sekolah dengan cara menjadikan sholat sebagai “budaya” maka sangat mungkin sholat akan terinternalisasikan .
KESIMPULAN
Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah sub system dari Pendidikan Nasional di Indonesia belumlah menjadi core dari system Pendidikan Nasional baru diposisikan sebatas sebagai pelengkap dari yang lain. Pendidikan agama Islam dianggap cukup jika sudah tercantum dalam kurikulum. Padahal jika kita merunut sampai pada filsapat Negara , yaitu Pancasila; Sila ketuhanan Yang Maha Esa adalah merupakan core dari Negara kita. Maka pendidikan keimanan dan ketakwaan seharusnya menjadi orientasi dari pendidikan kita. Samapai saat ini mata pelajaran PAI belum dijadikan mata pelajaran yang di UN kan. Ini sangat berdampak sekali pada posisi dan kedudukan PAI di dunia pendidikan.
Secara politik, sangat perlu adanya politic wil dari pemerintah untuk menempatkan kemudian mengorientasikan Pendidikan Agama Islam sebagai ruh dari system pendidikan nasional .baik itu dalam Undang Undang, Peraturan Pemerintah, Surat Keputusan Menteri atau juga Petunjuk Tekhnis.
Pada tingkat impelementasi Pendidikan Agama Islam, perlu di perhatikan beberapa hal :
1. Keterpaduaan anatara Tujuan , materi dan Proses Pendidikan Agama Islam
2. Integrisasi Pendidikan Agama Islam dalam Infra maupun supra stuktur Pendidikan
3. Fropesionalime Guru Pendidikan Agama Islam sebagai leading sector di tingkat lapangan
4. Internalisasi Pendidikan Agama Islam dengan melibatkan semua unsure stick holders pendidikan
Kedepan di butuhkan dinamisasi pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tetapi tetap berporos pada core/ruh filsapat Negara ,yaitu Pancasila yang terwujudkan dalam sila Pertama ;Ketuhanan Yang Maha Esa atau Tauhidullah
Daftar fustaka
1. Al-qur.an al karim
2. Prof. Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam Di Sekolah
3. KH. Shalahudin Sanusi, Integerasi Ummat Islam
4. Prof. Dr. nurcholish Majid, Islam Doktrin dan Peradaban
5. Pedoman Pelaksanaan penghayatan dan Pengamalan Pancasila
6. Dasar dasar pengembangan kurikulum
7. Depatemen Agama, Standar kompetensi Madrasah Tsanawiyah
8. Urgensi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Berbasis Humanisme-pluralisme
PENERAPAN PRINSIP PRINSIP PANCASILA
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Disusun
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ajang Supriatna
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN UMAT ISLAM
STAI – PUI
M A J A L E N G K A
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Dalam makalahnya, Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, prof. Ahmad Tafsir mengatakan bahwa setiap Negara memiliki filsapat Negara. Negara Indonesia pun memilikinya, yaitu filsapat Pancasila. Filsapat tersebut disepakati sebagai sumber nilai atau rujukan satu satunya dalam mengopersikan Negara.
Selanjutnya beliau mengatakan :
Nilai-nilai dalam filsafat negara itu masih sangat umum dan abstrak. Nila inilai
itu harus dioperasionalkan. Nilai dalam filsafat negara itu dioperasionalkan
dalam konstitusi atau disebut juga undang-undang dasar (UUD). UUD itu pun
masih umum sifatnya, maka UUD itu masih harus dioperasionalkan. UUD
dioperasionalkan dalam undang-undang (UU). Kadang-kadang UU itu masih
juga harus dioperasionalkan. UU dioperasionalkan ke dalam peraturan
pemerintah (PP). Nah, PP masih perlu dioperasionalkan ke dalam surat
keputusan menteri (SKM). Kadang-kadang SKM masih perlu dioperasionalkan
dalam petunjuk teknis (JUKNIS).
Seperti kita ketahui bersama rumusan pancasila dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 pada alinea ke IV disebutkan : Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
Melihat pendapat Ahmad tafsir dan juga rumusan pancasila terkait penerapan prinsip prinsip pancasila dalam Penidikan agama Islam, paling tidak kita bisa menyimpulkan sementara : PAI sebagai sebuah sub system Pendidikan yang ada di Indonesia seharusnya mengacu kepada filosopi dan rumusan pancasila sebagai mana di gariskan di atas. Semua turunan kebijakan mengenai Pendidikan, entah itu Juknis ,Permen, PP, undang undang seharusnya mengacu kepada Pancasila.
Sehingga ,ketika pelaksanaan kegiatan Pendidikan Agama Islam yang tidak mengacu dan berorientasi kepada substansi seperti di gariskan pancasila, maka itu berarti pengingkaran dan penghianatan kepada Pancasila sebagai dasar filosopi Negara.
Maka sinkronisasi operasional Pendidikan Agama Islam dimulai dari instrument yang paling bawah (kurikulum misalnya) maupun yang di atasnya seperti Surat keputusan menteri, Peraturan Pemerintah maupun Undang undang sisdiknas harus di jiwai oleh Pancasila sebagai dasar filosopi Negara.
Mari kita perhatikan rumusan pancasila supaya kita bisa melihat dengan jelas jiwa dan ruh dari pancasila sehingga nanti kita bias hal apa saja yang harus jadi prioritas uatam dalam melaksanakan kegiatan Pendidikan Agama Islam : Dalam rumusan pancasila diatas bias kita lihat rumusan pertama pancasila adalah ;Ketuhanan Yang Maha Esa kemudian di ikuti oleh rumusan rumusan yang lain yang satu sama lain saling berkaitan sebagai mana di jelaskan dalam pedoman penghayatan pengamalan pancasila. Maka Ketuhanan Yang Maha Esa adalah merupakan core /inti/substansi dan jiwa dari pancasila tersebut/. Perhatikan gambar yang di paparkan oleh Ahmad Tafsir berikut :
Ini Bukan Pancasila
Inilah Pancasila
Sebagai perbandingan ; Dalam buku integrasi ummat islam, Shaluhudin sanusi merumuskan Konsep Islam dalam pembangunan jamaah islamiyah dengan konsep atau rumus sebagai berikut :
1. Tauhidullah (Al bayyinah : 5)
2. Ukhuwah Islamiyah (Alhujurot 10)
3. Musyawarah (Assyuro 38)
4. Al musawah (at-thariq 5-7)
5. Taawun (al-maidah 88)
6. Tasamuh (al baqoroh 149)
Tauhidullah adalah juga core /inti/substansi dan jiwa dari pembangunan jamaah al islamiyah.
Ada kesamaan core atau inti antara pancasila sebagai dasar Negara dengan rumusan pembangunan jamaah islamiyah seperti di sampaikan oleh Shalhudin sanusi. Maka ,dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ;Ketuhanan Yang Maha Esa dan atau Tauhidullah haruslah menjadi orientasi akhir dari proses pengajaran PAI.
Dalam analisa Ahmad Tafsir, Undang undang No 20 tahun 2003 belumlah mencerminkan keimanan dan ketakwaan sebagai merupakan core atau inti dari tujuan pendidikan nasional . dalam UU tersebut di sebutkan : bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Seharusnya bunyi dari undang undang tersebut menurut Ahmad Tafsir adalah : bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Yang berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ahmad tafsir memandang keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa masih belum menjadi poros atau wajah dan wijhah dari pendidikan Nasional kita; belum lagi dalam tataran operasional masih belum terciptanya keterpaduan tujuan , materi dan proses dalam PBM di sekolah
Dari uraian diatas dapatlah kita mengatakan : bahwa segala perubahan,improvisasi dan juga inovasi kurikulum haruslah berpijak pada kepada substansi yang sama ,yaitu tujuan pendidikan supaya peserta didik bias memiliki keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apakah nama kurikulum itu bernama KBK, KTSP maupun yang lainnya.
Penerapan Prinsip prinsip Pancasila dalam Pendidikan Agama Islam
Paling tidak Pancasila mengarahkan dan mengajarkan kepada kita :
1. Keimanan kepada Allah SWT
2. Kemanusiaan
3. Persatuan
4. Musyawarah dan demokrasi
5. Keadilan social
Disisi lain, Pendidikan Agama Islam mengandung pengertian dan tujuan sebagai berikut:PAI adalah usaha sadar yang di lakukan untuk menyiapkan peserta didik memahami ajaran Islam (Knowing), terampil melaksanakan ajaran islam (doing),dan bias melakukan ajaran islam dalam kehidupan sehari hari (being).tujuan PAI adalah peningkatan pemahaman,keterampilan melakukan dan pengamalan ajaran islam dalam kehidupan sehari hari (Ahmad Tafsir )
Ada keterkaitan substansi antara rumusan pancasila dengan pengertian dan juga tujuan dari Pendidikan Agama Islam. Hal tersebut menjadi penting dalam rangka pelaksanaan pendidikan agama islam di sekolah dikarenakan PAI secara filosopis sangat bersesuaian dengan pancasila sebagai dasar Negara. Dalam pedoman penghayatan pengamalan pancasila disebutkan bahwa, sila sila yang ada di pancasila satu sama lain merupakan kesatuan yang saling terkait satu sama lainnya.contohnya sila kesatu menjiwai sila sila lainnya. Sehingga masyarakat Indonesia ,diharapkan menjadi seorang manusia yang beriman kepada Tuhan yang Maha Esa serta mempunyai sikap dan sipat berprikemanusiaan, adil, demokratis dan mampu menjaga persatuan dan kesatuan. Pun demikian apabila kita melihat pengertian dan tujuan dari PAI sangat di jiwai oleh rumusan rumusan pancasila.
Yang menjadi persoalan adalah di tingkat impelemntasi . Selain apa yang di sampaikan oleh Ahmad Tafsir yang mengatakan bahwa keimanan dan ketakwaan belum menjadi core pada tujuan pendidikan nasional kita , pada pelaksanaan di tingkat lapangan pun , Pendidikan Agama Islam belum bias di laksanankan secara oftimal , baik itu pada tingkat kurikulum, alokasi jam pelajaran hingga pada Proses Belajar Mengajar (PBM)
Jika kita perhatikan diagram di bawah ini,maka kita akan bias melihat missing link Pendidikan Agama Islam.
FILSAFAT NEGARA
KONSTITUSI (UUD)
UNDANG UNDANG (UU)
PERATURAN PEMERINTAH (PP)
SURAT KEPUTUSAN MENTERI (SKM)
PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)
PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM)
Atau kita perhatikan chart berikut ini
FILSAFAT NEGARA ____________ Ketuhanan Yang Maha Esa
KONSTITUSI (UUD) ____________ Ketuhanan Yang Maha Esa
UNDANG UNDANG (UU) ____________ Ketuhanan Yang Maha Esa
PERATURAN PEMERINTAH (PP) ____________ Ketuhanan Yang Maha Esa
SURAT KEPUTUSAN MENTERI (SKM) __________ Ketuhanan Yang Maha Esa
PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) ____________ Ketuhanan Yang Maha Esa
PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM) __________ Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada proses belajar mengajar para guru sering melupakan karakter dari pendidikan agama Islam .Ahamad tafsir mengatakan ,bahwa karakteristik dari PAI adalah terletak pada Being-nya sedangkan komponen Knowing dan Doing-nya mempunyai porsi lebih sedikit dari being-nya. Ahmad Tafsir menginginkan ada proses internalisasi Pendidikan Agama Islam agar PAI menjadi lebih bermakna dan Fungsional. Hal tersebut didasarkan pada fakta begitu banyak siswa yang memahami dan terampil melakukan ajaran Islam tapi belum bias mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari.
Kemudian Ahmad Tafsir menyodorkan konsep internalisasi dengan :
1. Peneladanan
2. Pembiasaan
3. Memperbanyak ritual ritual keagamaan
4. Berbagai bentuk perlombaan
Fropesionalitas guru pada Pendidikan Agama Islam mungkin agak berbeda dengan guru pada bidang yang lainnya.selain mensyaratkan pada aspek aspek kognitif ,penguasaan materi ,keberhasilan PAI akan sangat di tentukan sejauh mana seorang guru bias menjadi Uswah untuk murid muridnya.Dalam alqur’an sering disebutkan ;kita harus selalu menconto Nabi.karena dalam konteks seorang guru, Nabi Muhamad telah berhasil menjadi seorang guru yang sukses .beliau lebih banyak menitik beratkan kepada bagaimana setiap yang diajarkan oleh beliau, bias di praktekan secara sempurna dalam kehidupan sehari hari.
Tetapi juga , penting juga untuk di perhatikan ;keberhasilan Pendidikan Agama Islam tidak serta merta ditentukan oleh seorang guru.seluruh orang yang kontak dengan siswa juga menentukan keberhasilan Pendidikan Agama Islam. Kepala Sekolah, Orang Tua, karyawan dan yang lainnya seharusnya juga ikut menentukan keberhasilan Pendidikan Agama Islam. Contoh ketika pengajara tentang sholat .pada aspek knowing dan doing dari sholat tersebut, mungkin tidak akan banyak hambatan untuk mencapainya. Tetapi untuk sampai pada Being, Maka jika ada kerja sama seluruh civitas sekolah dengan cara menjadikan sholat sebagai “budaya” maka sangat mungkin sholat akan terinternalisasikan .
KESIMPULAN
Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah sub system dari Pendidikan Nasional di Indonesia belumlah menjadi core dari system Pendidikan Nasional baru diposisikan sebatas sebagai pelengkap dari yang lain. Pendidikan agama Islam dianggap cukup jika sudah tercantum dalam kurikulum. Padahal jika kita merunut sampai pada filsapat Negara , yaitu Pancasila; Sila ketuhanan Yang Maha Esa adalah merupakan core dari Negara kita. Maka pendidikan keimanan dan ketakwaan seharusnya menjadi orientasi dari pendidikan kita. Samapai saat ini mata pelajaran PAI belum dijadikan mata pelajaran yang di UN kan. Ini sangat berdampak sekali pada posisi dan kedudukan PAI di dunia pendidikan.
Secara politik, sangat perlu adanya politic wil dari pemerintah untuk menempatkan kemudian mengorientasikan Pendidikan Agama Islam sebagai ruh dari system pendidikan nasional .baik itu dalam Undang Undang, Peraturan Pemerintah, Surat Keputusan Menteri atau juga Petunjuk Tekhnis.
Pada tingkat impelementasi Pendidikan Agama Islam, perlu di perhatikan beberapa hal :
1. Keterpaduaan anatara Tujuan , materi dan Proses Pendidikan Agama Islam
2. Integrisasi Pendidikan Agama Islam dalam Infra maupun supra stuktur Pendidikan
3. Fropesionalime Guru Pendidikan Agama Islam sebagai leading sector di tingkat lapangan
4. Internalisasi Pendidikan Agama Islam dengan melibatkan semua unsure stick holders pendidikan
Kedepan di butuhkan dinamisasi pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tetapi tetap berporos pada core/ruh filsapat Negara ,yaitu Pancasila yang terwujudkan dalam sila Pertama ;Ketuhanan Yang Maha Esa atau Tauhidullah
Daftar fustaka
1. Al-qur.an al karim
2. Prof. Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam Di Sekolah
3. KH. Shalahudin Sanusi, Integerasi Ummat Islam
4. Prof. Dr. nurcholish Majid, Islam Doktrin dan Peradaban
5. Pedoman Pelaksanaan penghayatan dan Pengamalan Pancasila
6. Dasar dasar pengembangan kurikulum
7. Depatemen Agama, Standar kompetensi Madrasah Tsanawiyah
8. Urgensi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Berbasis Humanisme-pluralisme
PENERAPAN PRINSIP PRINSIP PANCASILA
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Disusun
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ajang Supriatna
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN UMAT ISLAM
STAI – PUI
M A J A L E N G K A
Senin, 28 Juni 2010
Menjadi Bintang
Mengalah .......
berserah.........
membiarkan tenggelam
dalam tak terhingga
kemudian mengapung dalam keinginan
Merasakan..
membiarkan mengusik
tembus tak terelakan
semuanya..... ..segalanya
menjadi bintang menjadi bulan
dalam pekat malam
menjadi matahari pun
biarlah hanya tercatatkan
biarlah dalam kenang kenangan
jika malam jadi terlewatkan saja dalam gelapnya
jika hari berlalu hanya dalam hitungan denting jarum jam
Aku bertanya: kenapa aku jadi bintang,jadi bulan dan matahari sekalipun
catatan pun jadi lusuh tak terbingkaikan...tak tersampulkan
dipersilahkan menepi dalam bahagia
bersandarlah merasakan tetesan demi tetesan rasa yang jadi asa
ambilah ambilah....
jangan pernah di letakan lagi
karena mungkin akan pergi begitu saja
sementara biarkan bintang beredar di belahan bumi lain
relakan bulan bergilr memantulkan sinar di tanah berbeda
matahari pun akan bersinergi dengan kehiduan sebagian lain
biarkan matahari menikmati panasnya sendiri
bintang asyik bersama temannya mengklaim keindahan nya
dan bulan merasakan kehangatan matahari dalam berbag
berserah.........
membiarkan tenggelam
dalam tak terhingga
kemudian mengapung dalam keinginan
Merasakan..
membiarkan mengusik
tembus tak terelakan
semuanya..... ..segalanya
menjadi bintang menjadi bulan
dalam pekat malam
menjadi matahari pun
biarlah hanya tercatatkan
biarlah dalam kenang kenangan
jika malam jadi terlewatkan saja dalam gelapnya
jika hari berlalu hanya dalam hitungan denting jarum jam
Aku bertanya: kenapa aku jadi bintang,jadi bulan dan matahari sekalipun
catatan pun jadi lusuh tak terbingkaikan...tak tersampulkan
dipersilahkan menepi dalam bahagia
bersandarlah merasakan tetesan demi tetesan rasa yang jadi asa
ambilah ambilah....
jangan pernah di letakan lagi
karena mungkin akan pergi begitu saja
sementara biarkan bintang beredar di belahan bumi lain
relakan bulan bergilr memantulkan sinar di tanah berbeda
matahari pun akan bersinergi dengan kehiduan sebagian lain
biarkan matahari menikmati panasnya sendiri
bintang asyik bersama temannya mengklaim keindahan nya
dan bulan merasakan kehangatan matahari dalam berbag
Memohon Pada Kata
Memerankan nasib…
Tapi sambil bertopeng
Tetapi juga tak di belakang layar..
Tetapi juga harus dua peran dijalankan
Orang orang tidak harus tahu
Apakah sedang sakit ..apakah tidak sedang sakit
Orang orang tidak harus bertanya
Kenapa harus berperan lucu dengan tangisan
Kenapa harus terbahak bahak dalam irisan kesedihan
Yang pasti peran ini harus tetap dalam scenario
Yang pasti semua mata masih tetap berharap efisode ini tetap ada
Terbanting keperihan tak terelakan tak terniankan
terkoyak dalam titik nadir ke tidak mampuan tak pun bersua akhir
mengetuk keras keterbatasan tak terbukakan
mengiris…menyayat
mendekatkan kepiluan ……
sementara angin malam melambaikan kegundahan
dingin …sepi dan satir
pun langit membisikan kebisuan
ada pertengkaran dalam jiwa
mana yang harus di kedepankan
menerima atau lebih baik mempertanyakan
untuk selanjutnya menolak peran
Ibu mengajarkan diam dalam kegaduhan
Sembunyi dalam terang
Pun membiasakan tertawa dalam duka
Kepada kata aku curhat
Kepada pena ku titipkan pesan
Ku peluk Lembaran kertas seraya berbisik….
Tolong beritahu Tuhan ….
Tapi sambil bertopeng
Tetapi juga tak di belakang layar..
Tetapi juga harus dua peran dijalankan
Orang orang tidak harus tahu
Apakah sedang sakit ..apakah tidak sedang sakit
Orang orang tidak harus bertanya
Kenapa harus berperan lucu dengan tangisan
Kenapa harus terbahak bahak dalam irisan kesedihan
Yang pasti peran ini harus tetap dalam scenario
Yang pasti semua mata masih tetap berharap efisode ini tetap ada
Terbanting keperihan tak terelakan tak terniankan
terkoyak dalam titik nadir ke tidak mampuan tak pun bersua akhir
mengetuk keras keterbatasan tak terbukakan
mengiris…menyayat
mendekatkan kepiluan ……
sementara angin malam melambaikan kegundahan
dingin …sepi dan satir
pun langit membisikan kebisuan
ada pertengkaran dalam jiwa
mana yang harus di kedepankan
menerima atau lebih baik mempertanyakan
untuk selanjutnya menolak peran
Ibu mengajarkan diam dalam kegaduhan
Sembunyi dalam terang
Pun membiasakan tertawa dalam duka
Kepada kata aku curhat
Kepada pena ku titipkan pesan
Ku peluk Lembaran kertas seraya berbisik….
Tolong beritahu Tuhan ….
Sabtu, 26 Juni 2010
Allahu alshomad
Kepada manusia aku tak berhasil memetik harapan
Sekalipun sangat di harap
Pada manusia tak bisa aku meminta
Biarpun dia punya
Sungguhpun menghiba memelas
Kepada sesama, rajukan rayuan seperti tak berma’na
Padahal bukan untuk aku di pintakan
Semestinya aku hanya di titipi kebaikan
Yang sungguh buat mereka di bentangkan
Bukankah Tuhan telah bersaksi ,
: Jika engkau berbuat baik tiada bukan kebaikan itu untuk engkau
Seluruhnya, semuanya tak tersisa untuk siapa
Teramat untuk Aku,tiada satu bagian pun
Padahal tidaklah aku yang sangat nian beruntung
Pun ketika semua memberikan segala
Yang ada dan di adakan
Yang sangat maupun sekedar di cintai
Terpaksa, juga yang sangat rela
Jika pun ada baik untuk aku
Itu adalah ada jika kalian kenyang menikmati buah kebaikan
Aku hanya mencoba mengais sisa sisa kebaikan yang kalian dapatkan
Tapi memang aku tak punya kuasa
Walau untuk menawarkan manusia kebaikan
Betapapun itu ku bawa
Ku sodorkan dengan kado berbalut pita di rangkaikan
Sambil ku bertekuk penuh asa sedikit memelas
Allahu alshomad
Menyadarkan sekaligus menapikan
Kini dan sangat mungkin untuk esok, lusa dan esok berturut
Bahwa manusia akan selalu bisa,mampu apalagi selalu mau
Bahwa manusia akan dan selalu memberi
Allahu alshomad
Menggantungkan …menyerahkan
Menggantungkan …mengharapkan
Menggantungkan…mencopotkan yang lain
Allahu alshomad Allahu alshomad
Membangkitkan menggerakan melecutkan
Allahu alshomad Allahu alshomad
Mengosongkan menisbikan
Allahu alshomad Allahu alshomad
Memijakan kaki di bumi
Menyentuhkan tangan di langit
Sekalipun sangat di harap
Pada manusia tak bisa aku meminta
Biarpun dia punya
Sungguhpun menghiba memelas
Kepada sesama, rajukan rayuan seperti tak berma’na
Padahal bukan untuk aku di pintakan
Semestinya aku hanya di titipi kebaikan
Yang sungguh buat mereka di bentangkan
Bukankah Tuhan telah bersaksi ,
: Jika engkau berbuat baik tiada bukan kebaikan itu untuk engkau
Seluruhnya, semuanya tak tersisa untuk siapa
Teramat untuk Aku,tiada satu bagian pun
Padahal tidaklah aku yang sangat nian beruntung
Pun ketika semua memberikan segala
Yang ada dan di adakan
Yang sangat maupun sekedar di cintai
Terpaksa, juga yang sangat rela
Jika pun ada baik untuk aku
Itu adalah ada jika kalian kenyang menikmati buah kebaikan
Aku hanya mencoba mengais sisa sisa kebaikan yang kalian dapatkan
Tapi memang aku tak punya kuasa
Walau untuk menawarkan manusia kebaikan
Betapapun itu ku bawa
Ku sodorkan dengan kado berbalut pita di rangkaikan
Sambil ku bertekuk penuh asa sedikit memelas
Allahu alshomad
Menyadarkan sekaligus menapikan
Kini dan sangat mungkin untuk esok, lusa dan esok berturut
Bahwa manusia akan selalu bisa,mampu apalagi selalu mau
Bahwa manusia akan dan selalu memberi
Allahu alshomad
Menggantungkan …menyerahkan
Menggantungkan …mengharapkan
Menggantungkan…mencopotkan
Allahu alshomad Allahu alshomad
Membangkitkan menggerakan melecutkan
Allahu alshomad Allahu alshomad
Mengosongkan menisbikan
Allahu alshomad Allahu alshomad
Memijakan kaki di bumi
Menyentuhkan tangan di langit
Langganan:
Postingan (Atom)